Senin, 29 Februari 2016

HEBOH Menikah Itu Berjuang Berdua, Tidak Hanya Romantisme Semata

HEBOH Menikah Itu Berjuang Berdua, Tidak Hanya Romantisme Semata

Baca Juga

Menikah memang menjadi impian banyak orang. Sebelum menikah, kemapanan memang menjadi hal yang diperhitungkan. Wajar bila ada pemikiran demikian. Karena ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, dari mulai resepsi, rumah, kendaraan, penghasilan bulanan, sampai asuransi pendidikan untuk anak-anakmu kelak. Tidak ada yang salah dengan itu.

Tapi kemapanan tak berarti kamu dan pasangan bisa langsung hidup bergelimpangan harta setelah menikah. Layak untuk kamu tahu kalau membangun biduk rumah tangga juga soal perjuangan bersama. Karena di situlah, kamu dan pasanganmu kelak belajar untuk saling menguatkan. Lalui susah-senangnya bersama dan nikmati manis-getirnya berdua.

1. Dimulai dari nyicil KPR berdua. Kelak cerita berhemat demi nyicil rumah ini jadi nostalgia manis dan bisa kamu ceritakan ke anak-cucumu kelak.

Punya rumah sendiri tentu impian banyak pasangan muda. Tak terkecuali kamu. Kamu yang bergerak ke arah pelaminan. Bahkan kamu yang jomblo juga pasti cerminan berkhayal kalau menikah nanti pasti ingin punya rumah sendiri. Jika masalahnya kamu dan calon pasangan mentok di dana untuk membeli rumah, maka jalan keluarnya adalah dengan bekerja sama bahu-membahu menyicil KPR. Untuk urusan yang satu tentu membutuhkan banyak pengorbanan. Kamu dan pasangan yang saat pacaran rajin hang out tiap malam mingguan, setelah menikah tentu harus pikir-pikir dulu. Tapi berduaan di rumah cicilan dengan bertemankan nasi goreng bikinan pasangan, bukankah hal yang romantis?

2. Keinginan untuk punya mobil tertunda karena harus nyicil rumah. Toh masih ada motor yang setia menemani kalian melangkah.

Demi punya rumah impian, sementara budget ngepas, maka keinginan untuk punya mobil juga harus tertunda. Alhasil kamu dan pasangan kemana-mana naik motor. Naik motor walau kadang kehujanan, tapi itu juga moment yang bisa kamu kenang. Di tengah pasangan lain yang masih dapat suntikan dana dari orangtua, kamu dan pasangan justru memilih untuk menikmati perjuangan berdua.

3. Atau romantisan di angkutan umum berdua. Pulang kerja janjian ketemuan di halte. Nggak apa-apa, dinikmati aja..

Tak jarang kamu dan pasangan memilih untuk naik angkutan umum saja. Halte menjadi tempatmu dan pasangan bertemu di penghujung hari. Rutinitas kerja yang penat perlahan hilang, seiring serunya kamu dan pasangan bertukar kisah. Orang bilang itu miris, tapi bagimu itu cerminan kebahagiaan. Karena kamu bersyukur bisa melewati ini dengan orang yang tepat.

4. Bahkan istilah yang dangdut banget, sepiring berdua jadi moment indah yang pasti bakal terus terkenang.

Istilah sepiring berdua yang dulu sering kamu dengar, kini benar kamu dan pasangan rasakan. Alih-alih merasa malu omongan orang, kamu dan pasangan cuek saja. Toh anggap saja dunia milik kalian berdua. Moment miris tapi romantis ini juga akan selalu terkenang.

5. Tak selamanya permasalahan financial jadi bencana. Momen ini justru jadi kesempatan kamu dan dia untuk saling menguatkan.

Mengarungi biduk rumah tangga tidak semudah naik sepeda bebek di taman hiburan. Terkadang banyak cobaan yang harus kamu dan pasangan lalui. Kesulitan finansial yang sedikit berat misalnya. Saat itulah justru ajang bagimu dan pasangan untuk saling menguatkan. Saling berbagi tangis dan pelukan. Dan percaya akan adanya pelangi sehabis hujan.

6. Ini bukan cerita utopia, karena pada kenyataannya banyak pasangan hebat yang terlebih dahulu mencecap getirnya berumah tangga. Pasangan ini buktinya.

Kamu pasti tahu dong cerminan kisah cinta Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung, dengan sang istri, Atalia Praratya. Kang Emil menikah di usia yang terbilang muda untuk usia cowok, yakni 25 tahun dan sang istri 23 tahun. Menikah di saat kondisi ekonomi yang belum begitu mapan menjadi tantangan tersendiri. Dipecat dan kerja serabutan demi menafkahi keluarga di negeri orang sudah pernah Kang Emil alami. Bahkan sang istri harus melahirkan anak pertama mereka di sebuah rumah sakit gratis, khusus untuk warga yang kurang mampu.

Kang Emil dan istrinya kini bisa membuktikan bahwa melalui manis-getirnya berumah tangga itu bisa jadi ajang untuk saling menguatkan kok.

Menikah di saat kamu dan calon pasangan sudah mapan, tentu impian semua orang. Tapi, ketika takdir mengharuskanmu dan dia untuk berjuang bersama, lantas apa yang kamu takutkan? Kalau ternyata dia memang orang yang tepat, dengannya perihnya hidup bisa diubah menjadi anugerah�

Related Posts

HEBOH Menikah Itu Berjuang Berdua, Tidak Hanya Romantisme Semata
4/ 5
Oleh